SURABAYA (RadarJatim.id) – Pandemi Covid-19 tak memupus semangat Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi dan Manajemen Kepelabuhan (STIAMAK) Barunawati Surabaya untuk bderkontribusi dalam bisnis. Kampus ini menggelar webinar bertema “Kemerdekaan Kampus Merdeka dan Prestasi Alumni pada BUMN dan Swasta”, Kamis (19/8/2021).
Tak tanggung-tanggung, lima praktisi bisnis pelabuhan dihadirkan sekaligus. Mereka adalah Direktur BMC Logistik, Dr Gugus Wijonarko, MM; Senior Eksekutif Pelindo III Group, Dr Rumaji, MSc (alumni); Vice President Human Capital Development Pelindo III, Oscar Yogi Yustianto (alumni); Staf Administrasi Kesejahteraan dan Hubungan Industrial Pelindo III, Chairun Nisa, SAB (alumni); Permadi Yudha, SAB (alumni); dan Senior Praktisi Terminal Petikemas Indonesia, Dr Sumarzen Marzuki, MMT. Webinar dipandu oleh Kabag Kemahasiswaan, Mudayat, MM.
“Kampus dan dunia industri harus bekerja sama. Mahasiswa harus mengetahui perubahan yang berjalan sangat cepat,” kata Direktur SDM Pelindo III, Edi Priyanto dalam open speech.
Menurut mantan Kahumas Pelindo III tersebut, generasi sekarang cenderung gampang bosan, kurang inovasi, tidak betah kerja dalam tekanan, dan susah bekerja sama. Padahal, di dunia kerja, tantangan hidup lebih kompleks.
“Kenalkan mahasiswa ke dunia kerja dan undang industri datang ke kampus,” tambah Edi.
Direktur Pendidikan Tinggi Yayasan Barunawati Biru Surabaya (YBBS), Ir Tunggal Tripinto, A.DES menambahkan, kampus merdeka mendorong mahasiswa mampu mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari kampus di ruang kerja.
Ketua STIAMAK Barunawati Surabaya, Dr Nugroho Dwi Priyohadi, MSc mengungkapkan, lulusan STIAMAK yang terserap di BUMN Pelindo III Group mencapai 31 persen. Sementara yang terserap di sektor bisnis swasta dan eksekutif mencapai lebih 50 persen.
“Posisi kampus STIAMAK sangat strategis, berada di pusaran bisnis maritim Tanjung Perak. Sehingga pola pikir mahasiswa sudah terbiasa dengan kesibukan pelabuhan,” kata Nugroho.
Menurut Gugus Wijonarko, sekarang ini telah terjadi pergeseran paradigma di masyarakat. “Semula mengunggulkan sertifikat. Sekarang sudah berubah pada kemampuan individu. Kampus dan industri perlu duduk bersama merumuskan pola magang atau workshop,” ujar Gugus.
Oscar Yogi menimpali, “Perubahan butuh waktu dan waktu perubahan sekarang ini cenderung semakin cepat. Ini yang harus dipahami mahasiswa. Sekarang telah terjadi digital mindset,” kata Oscar.
Sementara Chairun Nisa berpandangan, semua perguruan tinggi hakikatnya sama. “Semuanya tergantung kita. Giat kuliah, jangan cepat menyerah, semangat dan terus berusaha dan berkarya. Imbangi dengan doa dan hormati orang tua,” pesan Nisa.
Berbeda dengan pandangan nara sumber lainnya, Rumaji mengangkat slogan Jawa, “Urip Iku Urup lan Kudu Nguripi. Kejujuran adalah Jalan Menuju Kemuliaan Hidup. Asah, Asih, Asuh”.
Menurut Rumaji, Filosofi Jawa tersebut sangat ampuh dalam mendamaikan perubahan dan kemajuan pengetahuan dan teknologi. Dikatakan, semua kemajuan harus memberikan nilai manfaat pada diri sendiri dan lingkungan.
“Dengan demikian, semua orang harus berpacu dan terus berusaha menjadi lebih baik,” katanya.
Webinar ditutup oleh nara sumber terakhir, Sumarzen Marzuki. Dikatakan, setiap generasi harus memberikan kontribusi terhadap perubahan supaya semakin baik.
“Jadi, kampus merdeka memberikan kesempatan civitas akademika berinovasi dan berkreasi dalam rangka mencetak SDM unggul di masa mendatang,” kata Sumarzen yang juga Ketua Senat STIAMAK Barunawati Surabaya. (fil/har)